Berjalan Bersama Yesus Sang Pemandu Hidup

Minggu, 25 Februari 2024 oleh Sdri. Nefesy Larasati Yoganingrat

BERJALAN BERSAMA YESUS SANG PEMANDU HIDUP

Kej 17: 1 – 7, 15 - 16; Rom 4: 13 – 25; Mrk. 8: 31 - 38

 

Jika pada saat ini Yesus datang dan bertanya pada kita “Maukah kau mengikut Aku?” Kira-kira apa jawaban Saudara? Mungkin sebagian dari kita menjawab “Iya Tuhan, aku mau mengikuti-Mu!” namun tidak sedikit juga mungkin yang akan sangat ketakutan dan tidak siap, “Jangan saat ini Tuhan, mungkin lain kali, saya belum siap!”  Pada bacaan kita pada Markus 8 : 34 tertulis, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” Sebagai orang Kristen kita tentu sudah tahu firman tersebut dan sudah ratusan kali membacanya, namun sudahkah kita memahami maknanya dan menghayati serta melakukannya dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai orang Kristen?

Mengikut Tuhan Yesus berarti menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Dia. Dengan sungguh-sungguh kita mengikuti perkataan dan teladan yang Dia berikan. Mengikuti Kristus tidak bisa dilakukan dengan setengah-setengah tapi memerlukan kesungguhan hati dan kerendahan hati serta menuntut komitmen kesetiaan kita. Mengikut Yesus berarti tidak bebas dari penderitaan tetapi ada tantangan dan konsekuensi hidup yang harus kita hadapi. Mengikut Tuhan Yesus berarti kita bersedia melepaskan semuanya dan berjalan bersama-Nya dalam segala situasi apapun.

Banyak dari kita merasa telah berjalan dengan Yesus namun tidak menyerahkan dirinya dipimpin oleh Yesus. Kita tetap berjalan sendiri menurut kehendak kita. Kita hidup dipenuhi keinginan lahiriah, sehingga dipenuhi oleh kekhawatiran. Berjalan bersama Tuhan Yesus berarti membiarkan Ia memimpin jalan kita. Tuhan yang memimpin arah kita melangkah, kita harus sabar dan peka dengan tuntunan-Nya. Berjalan bersama Tuhan berarti menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak Tuhan. Seperti halnya ketika kita berjalan dengan seorang sahabat, kita akan menyelaraskan irama langkah kita dengan sahabat kita dan menuju ke arah yang sama, demikian halnya juga ketika berjalan bersama Yesus kita menyelaraskan dan menyesuaikan langkah kita dengan Yesus serta berjalan pada arah yang benar sesuai dengan tuntunan pimpinan-Nya.  Seperti Abraham yang taat dan setia berjalan bersama Tuhan, ia pun dikasihi Tuhan dan diberkati sehingga menjadi Bapa Segala bangsa, ”Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah,” Dari Abraham kita belajar bahwa semakin berjalan dengan Tuhan, maka kitapun akan semakin mendapat kekuatan dari Tuhan.

Mengapa selalu sulit bagi kita untuk percaya dan taat serta setia kepada-Nya dalam segala situasi apapun? Ketika dalam suatu permasalahan pelik kita merasa Tuhan meninggalkan kita, kita merasa sendirian. Berjalan bersama Yesus tidaklah selalu berada dalam sukacita, namun juga dalam penderitaan dan kesulitan. Berjalan bersama Yesus berarti kita bersedia mengorbankan diri kita, menyangkal diri kita, melepaskan semuanya dan percaya bahwa Tuhan mengijinkan itu terjadi sebagai sebuah proses pertumbuhan kita. Dan dalam kesulitan tersebut Ia hadir menolong kita. Kehidupan berjalan bersama Yesus menuntun pada pertumbuhan dan kedewasaan rohani. Ketika kita berjalan bersama Yesus, Ia menjaga dan memelihara kita dalam penyertaan-Nya.

Di tengah dunia yang begitu mengagungkan kemandirian dan individualisme, berjalan bersama Yesus mengingatkan kita bahwa kita tidak mampu untuk berjalan sendiri. Kita sebagai pengikut Kristus hendaknya dengan penuh kerendahan hati membiarkan Tuhan berjalan dan memimpin arah hidup kita. Dalam perjalanan panjang kehidupan ini alangkah bahagianya jika kita ditemani sahabat seperti Yesus yang selalu menyertai dan menolong kita. Berjalan bersama Yesus kita tidak pernah tahu ke mana Ia akan memimpin kita, namun satu yang pasti kita tahu Yesuslah Sang Pemandu kita dan mereka yang berjalan bersama Yesus akan mencapai tujuan mereka.

 

(Nefesy Larasati)