MENGHIDUPI KARYA ALLAH YANG INDAH DALAM KRISTUS
Kejadian 9:8-17; Markus 1:9-15
Pernahkah saudara mendengar istilah PHP? Iya PHP, bukan PHD (Pizza Hut Delivery). PHP adalah kepanjangan dari “Pemberi Harapan Palsu”. Istilah ini biasanya ditujukan kepada orang yang sudah memberi harapan berupa janji manis, namun tidak mampu untuk menepatinya. Entah karena lupa atau tiba-tiba lari lalu menghilang (dalam bahasa gaulnya “di ghosting”). Siapapun bisa jadi PHP. Pasangan, orang tua, anak, sahabat, rekan kerja, tetangga, ketua RT sampai presiden. Berjanji untuk setia sehidup semati, nyatanya selingkuh dengan teman sendiri. Berjanji untuk untuk bayar hutang, namun menghilang. Berjanji DP rumah 0%, nyatanya 0 juga hasilnya!
Manusia sangat mungkin menjadi PHP, namun tidak dengan Allah. Ia adalah PHS, yakni “Pemberi Harapan Sejati”. Ingat PHS ya, bukan PKS! Allah adalah pemberi harapan sejati, karena Ia tidak pernah ingkar terhadap janji-janjiNya. Begitu banyak kisah di Alkitab yang mempersaksikan Allah memberikan harapan sejati kepada umat-Nya melalui perjanjian. Misalnya saja dalam bacaan I: Kejadian 9:12-13, “…Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, yang bersamamu, turun-temurun, untuk selama-lamanya. Busur- Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi”. Allah berjanji untuk tidak lagi memusnahkan dengan air bah sebagai bentuk cinta dan kepedulian kepada umat-Nya dengan tanda busur di awan (baca: pelangi).
Kepedulian Allah itu digenapi melalui kehadiran Yesus Kristus. Dalam bacaan Injil Markus 1:9-15, kita bisa melihat bagaimana Yesus memulai pelayanannya dengan terlebih dahulu dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Setelah Yesus dibaptis segera langit terkoyak, Roh seperti burung merpati turun di atas-Nya dan ada perkataan Ilahi, “Engkaulah Anak-Ku yang terkasih, kepada-Mulah Aku berkenan” (ay. 10-11). Perkataan ini bukan hanya menegaskan bahwa Yesus adalah anak Allah, tetapi juga sekaligus menyatakan penyertaan akan karya keselamatan yang Yesus kerjakan. Itu sebabnya setelah dibaptis, Yesus kemudian dicobai oleh iblis di padang gurun dan Ia menang. Markus tidak merinci pencobaan apa yang terjadi pada Yesus sebagaimana yang diungkapkan oleh Matius 4:1-11 dan Lukas 4:1-13, melainkan segera melanjutkan karya pemberitaan Injil di Galilea. Agaknya fokus Markus bukan kepada pencobaannya melainkan bagaimana Allah yang selalu menepati janji penyertaanNya!
Menjadi sangat jelas bahwa Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya yang manis nan indah. Melalui janji-Nya, kita dipanggil untuk senantiasa menghidupi karya-karya Allah dengan setia menghadirkan kebaikan bagi sesama dan ciptaan lainnya. Hal ini menjadi nyata manakala kita berjuang menyatakan kesetian kita mengerjakan tugas dan tanggungjawab kita sebagai suami, istri, orangtua, anak atau apapun status kita sekarang ini. Bicara masalah kesetiaan mengerjakan tugas, rekan-rekan majelis dan bapel GKI Gresik sekarang tengah gencar untuk mengumpulkan botol plastik bekas, kardus juga minyak bekas. Tujuannya selain memelihara lingkungan tentu saja untuk mencari dana tambahan untuk pembangunan gereja. Tidak butuh modal besar, cukup niat, kesetiaan, komitmen, juga tangan yang rela kotor, dan yang tak kalah penting, yakni hidung yang siap mencium “aroma terapi” saat memilah sampah plastik. Kiranya tindakan kecil ini boleh menginspirasi setiap kita untuk setia dan kreatif menghidupi karya Allah. Hosiana!
Pdt. Fo Era Era Gea