Sapaan Gembala - Mujizat Dalam Keseharian

Senin, 03 Februari 2025 oleh Pdt. Michael Suryajaya

GKI Seroja, dimulai dari kerinduan sekelompok orang untuk mengadakan penginjilan di daerah Cengkareng. Mereka adalah Ibu Else, Ibu Bit, Ibu San, Sdr. Tjun Nam, Sdr. Charles, Sdr.Lie Teng Kiong, Sdr.Lie Tiong Hie, dan beberapa orang lainnya. Semangat penginjilan yang besar mendorong mereka untuk mendirikan Pos Pekabaran Injil (P.I) di Cengkareng. Sebagai anggota GKI Jabar, ibu Else kemudian meminta GKI Jabar Senen (GKI Gunung Sahari), untuk menjadikannya sebagai Pos Pekabaran Injil GKI Jabar Senen. Permohonan perintisan ini disetujui oleh GKI Jabar Senen. Setelah persetujuan diberikan, mulailah diadakan kebaktian minggu setiap hari minggu jam 8 pagi. Jumlah orang yang beribadah pada waktu itu tidak banyak, hanya belasan orang saja. Kebaktian yang dilaksanakan terus berkembang dengan baik. Beberapa waktu kemudian, Pdt. Tjan Tong Ho disertai beberapa orang anggota Majelis Jemaat GKI Jabar Senen, meresmikan berdirinya Pos Pekabaran Injil GKI Jabar di Jl.Sakura, Cengkareng, Jakarta Barat.

Setelah tahun 1966, daerah Cengkareng yang sepi, mulai ramai dengan pendatang. Para pendatang banyak yang datang dari daerah Sumatera (orang Batak). Kedatangan orang-orang Batak ke Cengkareng berdampak pada jumlah perkembangan anggota jemaat. Para pendatang baru yang beragama Kristen Protestan memilih Pos Pekabaran Injil GKI Jabar Cengkareng sbg tempat mereka beribadah. Pos P.I. semakin berkembang dan membutuhkan tempat lebih besar utk menampung kegiatan yang ada. Saat itu diputuskan  gereja akan membeli tanah kosong milik Ibu Else yang terletak persis di belakang lokasi Pos P.I., yaitu di Jl. Seroja No. 2, Cengkareng, Jakarta Barat. Ibu Else bersedia memberikan tanah tersebut dengan harga sangat khusus. Tahun 1972 dibangunlah gedung gereja sederhana, menggunakan bahan dasar bambu bulat. karena itulah gereja ini dikenal dengan sebutan“gereja bambu.” Gereja ini menjadi gereja pertama yang berdiri di Cengkareng. Pos PI terus berkembang sehingga ditingkatkan menjadi Bakal Jemaat. Pada tanggal 23 Maret 1973 Bajem ini didewasakan menjadi Jemaat GKI Jabar Seroja. Ibadah pendewasaan jemaat dilayani oleh Pdt. I.T Salim. Sejak itu tanggal 23 Maret 1973 menjadi hari ulang tahun jemaat GKI Seroja.

Perkembangan gereja terus berlanjut. Pada tahun 1980-an gereja kembali dipugar. Setelah pemugaran, anggota jemaat menyadr ada yang unik dari bentuk bangunan gereja, yaitu banyaknya tiang-tiang yang menopang bagian dalam gereja. Panggilan gereja ini pun berubah dari “gereja bambu” menjadi “gereja tiang.”

GKI Seroja juga membuka pos pelayanan di daerah Tegal Alur. Pos Pelayanan ini didewasakan pada tanggal 5Juni 1995 untuk menjadi jemaat dewasa dengan nama GKI Sumbawa Dua. GKI Seroja terus mengembangkan pelayanan dengan membuat pos pelayanan di daerah Citra 2. Pos Pelayanan ini didewasakan pada tanggal 19 November 2001 untuk menjadi jemaat dewasa dengan nama GKI Kalideres.

Pertumbuhan jemaat terus terjadi mengakibatkan ruang ibadah tidak lagi cukup untuk menampung kehadiran jemaat. Pada sekitar tahun 2000, Renovasi Lantai dua dilakukan untuk menjadi ruang ibadah, menggantikan fungsi ruang rapat sebelumnya. 

Yangakan menyapa kita dalam SG-GKI hari Senin 3 Februari 2025 aadalah Pdt. Michael Suryajaya yang ditahbiskan tanggal 1 Maret 2021 bersama dengan keempat rekan pendeta lainnya. Pdt. Michael yang adalah  wong mBlora ini menikah dengan Pdt. Yesie Irawan (GKI Kaput) dan mereka telah dianugerahi seorang anak: Serenity Mireya Suryajaya (15 Februari 2022). (Bersyukur bahwa saya diberi kesempatan untuk turut ambil bagian dalam proses kependetaan Yesie maupun Michael selaku mentor dan pemandu percakapan gerejawi atas diri mereka berdua.)  (Bahan intro dr catatan Pdt. Michael, disunting oleh Ronny N, video diedit dan diunggah oleh sdr.Sigit dr kantor Sinode GKI)