Masih ingat keluarga besar pendeta yang sekaligus keluarga pendeta besar-besar itu? Pasutri pendeta, suaminya melayani sampai diemeritasikan di GKP, istrinya masih melayani sebagai pendeta di salah satu Jemaat GKI SW Jabar. Dikaruniai dua org anak lelaki. Keduanya mengikuti teladan orang tua mereka. Sesuai azas keadilan maka sang kakak sudah menjadi pendeta di salah satu Jemaat GKP (ikut garis bapak), sementara sang adik sedang menjalani Tahap Perkenalan di GKI Samanhudi (ikut garis ibu).
Ini kali kedua kader pendeta GKI yang bernama Abdi Sabda Winedar ini menyapa kita. Abdi berbagi cerita: ”Selama saya menjadi mahasiswa di Jogja sampai dengan lulus saya belum pernah praktik di kota Jakarta. Lebih sering di beberapa kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur sehingga saya lebih terbiasa dengan budaya jawa mulai dari bahasa, keseharian, serta makanannya.
Ketika saya ditempatkan di GKI Samanhudi saya justru banyak mengalami "culture shock" karena berbeda jauh dengan budaya di tempat saya praktik jemaat sebelum-sebelumnya. Dari yang mulai fasih mengerti bahasa jawa sekarang saya harus mulai belajar bahasa mandarin karena opa oma di GKI Samanhudi masih ada beberapa yang fasih berbahasa Mandarin dan saya hanya bisa menjawab "Wo bu zhidao" dan "Xie xie". Begitu juga dengan berbagai aspek budaya Tionghoa yang masih banyak harus dipelajari lagi. Saya jadi merasa "orang Tionghoa KW" Karena cuman membawa darah Chinese dari mama saya. Namun tak apa, saya justru bersyukur akan keunikan di GKI Samanhudi yang memacu saya untuk belajar lebih banyak lagi dan memahami lebih dalam lagi karakter serta pola jemaat setempat.”
Mari sambut sapaan Sdr. Abdi Sabda Winedar dalamSG-GKI hari Rabu 23 Oktober 2024. Tambahan kosa kata penting buat Abdi supayatidak terus merasa diri sbg “org Tionghoa KW”: Wo ao ni dan Wo mei you qian
(Awalan oleh Ronny N., sharing Sdr. Abdi, diolah-sajikan oleh Ronny N, video diedit dan diunggah oleh sdr.Sigit dr kantor Sinode GKI)