1 Raja-raja 19:4-8; Efesus 4:25 – 5:2; Yohanes 6:35. 41-51
Banyak orang yang mengumpamakan kehidupan seperti sebuah roda, karena banyak yang mempercayai bahwa situasi dan kondisi kita dapat berada diatas dan bisa juga dibawah. Namun banyak dari kita memiliki rasa takut untuk menuju ke atas, bukan karena ketinggiannya yang terjal tetapi takut akan apa yang akan dihadapi. Sama halnya dengan mendaki sebuah gunung, seorang pendaki bisa saja mengalami ketakutan akan jalan yang hendak ditempuh. Akan tetapi saat ia percaya dan tetap berjalan menuju ke atas ia dapat menikmati keindahan gunung. Hal ini senada dengan sebuah ungkapan motivasi, “Menuju puncak kehidupan itu mudah. Seperti halnya mendaki gunung bila apa yang kamu percaya dengan apa yang kamu lakukan itu sama.”
Melalui motivasi itu sebenarnya kita diajak untuk percaya akan apa yang hendak kita lakukan. Berbeda dengan Elia yang tidak percaya akan jalan hidup selanjutnya karena ia ketakutan akan nyawanya yang hendak direnggut sehingga ia meminta Tuhan untuk mengakhiri hidupnya. Ia memohon mati seakan tidak percaya kepada Tuhan yang hendak menolongnya, namun Tuhan menunjukkan kasih-Nya melalui dalam rupa malaikat yang memberinya makan dan minum agar ia kuat untuk berjalan selama 40 hari 40 malam sampai ke gunung Horeb (1 Raja-raja 19:4-8).
Melalui makanan dan minuman itu, Tuhan ingin memberitahu kepada Elia bahwa ia masih diberikan kesempatan untuk hidup. Tuhan ingin ia tetap percaya kepada-Nya dan tidak berputus asa akan hidupnya. Sebagaimana Tuhan mengajak Elia untuk tetap percaya, Tuhan pun mengajak kita untuk percaya. Dalam Injil Yohanes 6:35, Yesus berkata, “Akulah Roti Kehidupan. Siapa saja yang datang kepada-Ku, ia tidak akan pernah lapar lagi, dan siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia tidak akan pernah haus lagi”. Melalui pernyataan ini, Tuhan ingin kita membuktikan hal yang sama melalui hidup kita, apakah kita telah memilih sepenuhnya percaya dengan menaruh jalan hidup kita kepada Allah ataukah kita masih takut untuk menempuh perjalanan hidup kita lalu memilih menyerah sama seperti Elia?
Percaya kepada Allah berarti hidup di dalam kasih. Sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kita dan telah menyerahkan diri-Nya, kita pun melakukan hal yang sama sebagai persembahan dan kurban yang harum bagi Allah (Efesus 5:2). Tetaplah percayalah kepada Allah, terimalah panggilan-Nya agar setiap kita yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Tuhan Yesus memberkati.
Sdri. Kedwi Tesalonika