Sapaan Gembala - Masihkah Kepedulian Menjadi Sikap Keseharian Kita

Jum'at, 26 Juli 2024 oleh Pdt. Janoe Widyopramono

Yang akan menyapa kita dalam SG-GKI hari Jumat 26 Juli 2024 adalah Pdt. Janoe Widyopramono. Pdt kelahiran Klaten yang adalah alumnus Fakultas Teologi UKDW Yogyakarta ini ditahbiskan sebagai Pendeta GKI dengan basis pelayanan GKI Sangkrah. Sekitar 7 tahun ia melayani di sana, lalu tahun 2012 menjalani mutasi ke GKI Kebayoran Baru dan diteguhkan pada tanggal 12 Maret 2012.

Pdt.Janoe berbagi cerita: DIPERCAYA SOPIR TAKSI
Saat itu aku sedang menjalani masa perkenalanku di GKI Sangkrah Solo. Seminggu sekali di waktu-waktu aku tidak ada jadwal pelayanan, aku pasti mencari waktu untuk pulang ke Semarang karena istri dan ketiga anak kami masih tinggal di kota itu. Malam itu, setelah kebaktian Minggu dan mengikuti satu kegiatan lain, aku berangkat ke terminal bis Tirtonadi untuk kembali ke Semarang. Aku menunggu beberapa lama, tetapi bis jurusan Solo-Semarang sudah sangat jarang. Waktu sudah menunjukkan sekitar jam 21.30-an. Lalu aku berjalan ke pintu keluar terminal. Di situ aku melihat sebuah taksi berpelat nomor “H” sedang berhenti. Pikirku, berarti taksi itu taksi Semarang. Lampu di atas kap taksi itu menyala. Kudekati taksi itu dan kudapati kaca pintu pengemudi terbuka dan aku melihat pengemudi taksi itu sedang tertidur lelap.
 
Dengan hati-hati dan sopan, aku ketuk pintu taksi itu sampai pengemudinya terbangun. Setelah memohon maaf karena membangunkan dia dari tidurnya, aku bertanya apakah taksi ini akan ke Semarang? Dan dia menjawab ‘nggih Mas’. Dia ceritakan juga bahwa dia baru saja kembali dari Tulungagung mengantar penumpang, dan dalam perjalanan ke Semarang karena dia merasa sangat mengantuk, maka berhentilah dia dan tidur. Aku bersyukur, karena aku menemukan taksi ‘balen’ (yang kembali ke markasnya setelah mengantar penumpang luar kota). 

Aku pun menyampaikan maksudku akan pulang ke Semarang dan menawarkan diri untuk mengemudikan taksinya sampai di Semarang, jika dia memercayaiku. Kami pun bernegosiasi berapa ongkos taksi yang harus kubayar. Aku menawarkan seharga ongkos naik bis Solo-Semarang lebih sedikit, dan dia pun setuju. Maka, berpindahlah dia ke sebelah kiri dan melanjutkan tidurnya, sementara aku duduk di kursi kemudi mengemudikan taksinya.

Waktu itu belum ada jalan tol Solo-Semarang. Aku bersyukur karena dengan mengendarai taksi maka waktu tempuhnya menjadi lebih cepat. Pengemudi taksi itu benar-benar memercayaiku karena sepanjang perjalanan Solo-Semarang pengemudi taksi itu tertidur pulas. Sesampai di rumah Sampangan, Semarang, aku bangunkan pengemudi taksi itu dan memberitahukan bahwa, ‘kita sudah sampai di Semarang.’ Dia pun bangun dan kami pun saling mengucapkan terima kasih. Akhirnya kami berpisah. Terima kasih Tuhan, cara-Mu memberi jalan keluar untuk persoalan yang kelihatan sepele sangat luar biasa dan kadang tak tercerna oleh keterbatasan pikiranku. Cara-Mu ajaib bagiku.     


(Awalan oleh Ronny N, sharing Pdt. Janoe, video diedit dan diunggah oleh sdr.Sigit dr kantor Sinode GKI)