Sapaan Gembala - Anak-Anak PilihanTuhan

Kamis, 25 Juli 2024 oleh Sdri. Hani Handayani Tjahjadi

Nama panggilannya singkat: Hani, berbanding lurus dengan tinggi badannya yang148 cm itu. Oleh krn kemungilannya
tubuhnya itu kebanyakan jemaat tidak percaya bahwa saat ini Hani sudah lulus S1. Hani Handayani Tjahjadi, begitu nama lengkapnya, dilahirkan dan dibesarkan di Jakarta (lahir tanggal16 Februari 1999).

Lulusan Fakultas Teologi  Universitas Kristen Duta Wacana (Tahun 2018-2022) ini bercerita tentang apa yang mendorongnya untuk menjadi pendeta: ”Sebenarnya, yang paling mendorong saya untuk menjadi pendeta itu perasaan yang muncul di dalam diri saya sendiri. Awalnya, saya ingin masuk jurusan psikologi/interior design. Tetapi setelah saya mengikuti katekisasi, terlibat aktif dalam pelayanan di GKI Samanhudi sebagai pengurus Komisi Remaja dan Pelayan Jemaat Anak, mengikuti GKI Summercamp (yang di dalamnya saya ikut kelas kapitaselekta “Theology World”), saya jadi sempat membayangkan diri saya menjadi seorang Pendeta perempuan.

Awalnya saya malu bahkan merasa keinginan itu konyol karena di dalam keluarga saya tidak ada yang menjadi Pendeta, dan sedari kecil pun cita-cita saya bukan menjadi seorang Pendeta. Namun ada perasaan yang tidak nyaman ketika saya hendak memilih jurusan psikologi/interior design itu tadi. Kalimat yang saya ingat muncul di benak saya berulang-ulang ialah, “Kok kayanya bukan ini ya?” Saya bergumul begitu hebat sampai akhirnya saya tidak jadi mendaftarkan diri saya untuk masuk kuliah lewat jalur (waktu itu namanya) SNMPTN (nilai rapor), dan mendatangi Guru BK saya untuk bertanya, “Bu, kalau mau jadi pendeta itu kuliahnya jurusan apa?” Dari sana, barulah saya datang kepada pendeta jemaat saya (Pdt. Semuel Akihari) dan berkonsultasi tentang perasaan yang saya miliki itu.”  
(Kita tidak tahu apa yang dikatakan oleh Pdt. Akihari yang masih jauh dari hari menjadi aki-aki itu, yang pasti Hani sudahselesai studi S1 teologi)


Hani berbagi pengalaman: ”Waktu itu Covid-19 varian Delta sedang merajalela. Posisi saya sedang praktek di salah satu Jemaat GKI. Waktu itu saya belum vaksin sama sekali, dan kebetulan ada jemaat yang berprofesi sebagai dokter dan berkenan membantu proses vaksinasi saya. Saya datang bersama Karyawan kantor TU gereja dan menghampiri Ibu Dokter yang adalah jemaat ini. Ketika kami sudah bersalam-salaman dengan posisi kami semua menggunakan masker, Ibu Dokternya bertanya-tanya, “Di mana Ibu Pendetanya?” (maksudnya itu saya). “Ini orangnya bu.” Karyawan kantor TU menunjuk ke arah saya. “Iyaa, Ibu Pendetanya itu mana?” “Iya iniii orangnya bu.” Sahut Karyawan itu . “Perasaan bukan ini deh Ibu Pendetanya. Orang saya liat di livestreaming Youtube, pendetanya tinggi kok.” Lalu tertawalah saya dengan tinggi badan saya yang 148cm ini dan berkata, “Ini saya Hani bu, benar... Saya memang kalau di mimbar terlihat tinggi, karena kan gak ada orang lain di sampingnya, Bu!” (Setelah saya mengalami penurunan tinggi badan 10 cm krn masalah tulang belakang, maka saya dan Hani sekarang seukuran)_

Hani saat ini sedang menjalani Tahap Perkenalan di Jemaat di mana saya ditahbiskan, Jemaat tertua di kalangan GKI di seluruh dunia, yaitu GKI Indramayu yg thn ini akan berusia 166 tahun. Mari sambut sapaan Hani, kader GKI, dlm SG-GKI hari Kamis 25 Juli 2024. (Pengantar dari catatan Sdr. Hani, disunting oleh RonnyN, video diedit dan diunggah oleh sdr.Sigit dr kantor Sinode GKI)